Monday, June 16, 2008

kumpulan tulisan 1-putriku safakallah

Putriku,Safakallah

Roza amelia,gifu

Lengkingan suara tangis gadis mungilku malam ini mirip dengan tangisnya beberapa waktu lalu.Malam itu,dalam dekapanku wajahnya yang sedikit menampakkan kegelisahan tiba-tiba mengagetkanku dengan semburan cairan putih dari mulut kecilnya,tak hanya itu cairan kental putih itu bak air mancur juga keluar lewat hidungnya.Hanya kepanikan yang saat itu kurasa,memiliki anak pertama,yang aku sama sekali belum punya pengalaman tentang seluk beluk perawatannya,sungguh ingin rasanya ikut menangis bersamanya melihat wajah kecilnya yang menahan sakit.Seperti juga kebanyakan orang dewasa mungkin tenggorokannya terasa aneh akibat luapan cairan putih tadi,hidung mungilnya yang juga ikut mengeluarkan cairan mungkin juga terasa panas. Gelisah membuatnya tidur tak nyenyak,hingga menjelang pagi.

Begitu juga malam ini.Walaupun siang harinya gadis mungilku tak menampakkan kegelisahan apapun,bermain riang,sambil sesekali tersenyum dan mengeluarkan suara khasnya.Seolah kini berubah seperti musuh besarku.Lengkingan tangisnya terdengar memecah kesunyian kamar asramaku,apakah yang terjadi dalam tubuh mungil buah hatiku,apakah ASI yang kuberikan membuatnya tak sedap badan,apakah dia kedinginan atau malah kepanasan,apakah gadisku kelaparan,apakah..apakah..dan seribu apakah lainnya menghantui kepalaku,menyalahi diri yang tak bisa berbuat apa-apa,menyesali diri yang kurang ilmu untuk merawatnya,hanya berusaha menggendongnya,menenangkannya dalam pelukan,berusaha mengajaknya minum susu,namun lengkingan tangisnya tak kunjung berhenti.Wajahku seolah memanas,ingin rasanya buncahan bening ini mengalir karena sudah tak tau lagi apa yang harus dilakukan untuk mendiamkannya.Sepintas teringat akan ibuku,beginilah mungkin rasanya lelah yang dirasakannya,beginilah mungkin rasanya beban pikiran yang dirasakannya ketika mengasuh ku dulu.Wahai ibu sungguh tak terbalas jasamu,sungguh tak terbalas kasih sayangmu.Sungguh surga dibawah kedua telapak kaki ibu.

Dalam relung hatiku berkata,wahai buah hatiku andai engkau bisa berkata katakanlah pada ibumu apa yang engkau rasa,katakanlah pada ibumu ini apakah yang bisa ibu berikan agar engkau kembali tenang.Walau ibu tau engkau belum cukup umur untuk berucap,hanya tangislah yang bisa engkau perdengarkan sebagai ungkapan ketidaknyamananmu.

Sabar.Sepenggal kata yang kini berusaha memenuhi ruang kepalaku yang kosong,terisi kepanikan.Sabar,semakin kepanikan menghantuiku semakin aku tak bisa mengontrol diri.Innallahama`asshabirin.Ya Allah berikanlah hamba kesabaran dan kekuatan.Sungguh kurasakan beban mental seorang ibu yang baru pertama kali melihat lengkingan tangis anaknya sementara dia tak kuasa untuk berbuat apapun.

Malam itu hampir semalaman si mungilku tak sempat memejamkan mata dengan nyenyak,sesekali mata kecilnya terpejam,namun tak berapa lama kembali terbuka,mulutnya yang mungil seolah kembali ingin mengeluarkan sesuatu.Kembali ku peluk dia, menepuk-nepuk punggungnya,berharap itu akan mengurangi penderitaannya.Entah karena kelelahan akhirnya menjelang subuh mata mungilnya pun terpejam.Kelelahan tampak membekas di wajah polosnya,sesekali terdengar isakan kecilnya,mungkin sisa tangisnya terbawa ke alam tidurnya.Kurasakan kelelahan yang begitu berat ketika mendengar tangisnya tadi,namun melihat wajah polos tidurnya seakan kelelahan itu hilang tak berbekas.

Ke esokan harinya kuputuskan untuk membawanya ke Rumah Sakit tak jauh dari asramaku.Tak ramai pasien saat itu,aku pun ikut menunggu giliran panggilan bersama suami dan putri kecilku yang kini tertidur dalam pelukanku.Mungkin kelelahan tadi malam tak membuat tidurnya terganggu walaupun suara keributan disekitarnya acap kali terdengar.Kunjungan rumah sakit pertama bagi gadis kecilku setelah keluar rumah sakit beberapa minggu yang lalu sejak kelahirannya.Akhirnya tiba giliran putriku,masuk keruang pemeriksaan,dengan baju yang sedikit terbuka setelah sebelumnya menimbang berat badan.Tangisnya kembali terdengar ketika sang dokter menekan-nekan perutnya yang mengeras.Sang perawat menenangkannya setelah memastikan pemeriksaan dokter selesai.

Masuk angin,begitulah istilah kasarnya penyakit yang menyebabkan lengkingan tangis putriku tadi malam.Banyaknya angin yang ada dalam perutnya membuatnya susah untuk minum susu walaupun merasa lapar.Angin yang masuk tiap kali minum susu,angin yang masuk seiring dengan mengalirnya susu di tenggorokannya. Angin yang telah memenuhi rongga perutnya, tidur pun menjadi tak nyenyak walaupun perut sebenarnya lapar.Penjelasan dokter membuatku sedikit lega.Tak ada masalah serius,berat badannyapun tak menurun,malahan peningkatannya melebihi rata-rata.37 gram per-hari,.Sang dokter tak lupa mengingatkan agar mengambil waktu beberapa menit menepuk-nepuk punggungnya,agar sendawanya keluar.Dengan begitu diharapkan angin yang ada di perutnya tak lagi bertambah.

Selesai pemeriksaan menunggu panggilan pembayaran biaya pengobatan,kembali tangis putriku terdengar,tangis lapar.Kucoba berdiri menenangkan namun tangisnya tak kunjung berhenti,kucoba mencari tempat buat menyusuinya namun tak kunjung ku temukan.Ku bawa buah hatiku ketempat yang tak terlalu ramai,ku tenangkan disana.Alhamdulillah sedikit tenang.Selesai mengambil bukti pembayaran yang sebenarnya tidak mengelurkan biaya se-yen pun,aku,suamiku dan putri kecilku beranjak menuju apotik,menebus obat salep untuk bintik-bintik merah yang tumbuh disekitar pipi mungilnya Di apotikpun kembali tangisnya terdengar,bergegas ku masuki toilet kecil satu pintu tak jauh dari tempat menunggu,ku susui dia sebentar disana,cukup buat menenangkannya menjelang pulang.Alhamdulillah dia kembali tenang,walaupun kurasa ASI yang kuberikan terlalu sedikit buat mengganjal perutnya yang lapar.

Selesai menebus obat,kamipun kembali ke asrama.Kembali kususui putriku,mengantarkannya menuju alam mimpi.Lelah putriku malam itu,suatu lelah yang berbeda yang pertama kali kurasakan.Pengalaman pertama buat melatih kesabaran.

Putriku,Safakallah..Semoga Allah memberikan engkau kesembuhan.

. “Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang tuanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada-Kulah tempat kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuannya tentang itu, maka janganlah kamu menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Luqman 14-15)

“Dari Abdullah bin Mas’ud katanya: ‘Aku bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang amal-amal paling utama dan dicintai Allah,’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Pertama shalat pada waktunya (dalam riwayat lain disebutkan shalat di awal waktu), kedua berbakti kepada kedua orang tua, ketiga jihad di jalan Allah.’” (HR. Bukhari I/134, Muslim No.85, Fathul Baari 2/9)

*innallahama`asshabirin = Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar

No comments: