Thursday, June 19, 2008

Masyarakat indonesia ternyata super sibuk!!??

Belajar ke luar negeri,tentunya banyak tujuan yg ingin dicapai,misalnya saja ingin mempelajari teknologinya yg jauh lebih maju,atau pengen mempelajari pola kehidupannya yg disiplin dan menarik,suka kebudayaannya,dan lain sebagainya,pada intinya dan pada umumnya semua bertujuan mengambil sesuatu yg nantinya bermanfaat baik buat dirinya maupun buat orang lain.
Tapi gimana jadinya kalau ternyata setelah belajar lama di luar negeri justru membuat "keder" hidup di negeri sendiri?..
Bukan karena mental yang tidak tertempa dengan baik,bukan juga karena tidak mampu,namun ini adalah bentuk "culture shock"terhadap negeri sendiri setelah bbrp waktu lamanya beradaptasi dengan pola hidup di negara lain.Culture shock kalau dimisalin secara sederhana ya seperti shocknya orang jawa ketika pertama kali mendengar cara ngomong orang-orang sumatera yang berdesibel tinggi.Atau seperti shocknya orang padang saat makan gudeg jogja yg rasanya manis.
Kalau dibahasakan sedikit resminya culture shock adalah rasa gamang dan kaget yang muncul akibat adanya perbedaan kebudayaan maupun pola kehidupan.
Cuture shock terhadap negeri sendiri bukan berarti seperti halnya"kacang lupa kulitnya",sama kebiasaan negeri sendiri kok ya bisa-bisanya jadi canggung.
Tenang aja,ini adalah gejala yg wajar,bukan hanya dirasakan oleh orang-orang yang lama tinggal di LN saja,tapi juga tentunya dirasakan oleh orang-orang yg sudah terbiasa dengan pola kehidupan di suatu tempat dan kemudian kembali ke daerah asalnya,pada awalanya tentu akan merasa aneh dengan beberapa kebiasaan yg mungkin dulunya juga sudah sering mereka lakukan.
Tinggal di luar negeri,posisi yang pas kalau ingin menerapkan cara"think out of the box"terhadap negara sendiri.Dan klo pulang ke negeri sendiri ternyata sudah bisa merasakan adanya culture shock itu tandanya hasil think out of the box nya sudah bisa kita rasakan,nah tinggal di list satu persatu,mana kekurangan-kekurangan negara sendiri dan apa saja kelebihan-kelebihan yang ga dimiliki di negara lain.(Walaupun klo menilai indonesia,yg lebih panjang ya list kekurangan-kekurangannya:D).
Contoh culture shock yg saya rasakan itu begini lho..
Setelah lama menetap di jepang,ternyata saya berkesimpulan,"orang-orang yg mengatakan masyarakat indonesia pemalas adalah salah besar!!bahkan lagi,masyarakat indonesia "terlihat" punya pola kehidupan yg super duper busy,"terlihat" punya jam terbang tinggi,"terlihat" memiliki kegiatan super padat melebihi kebiasaan masyarakat jepang yg memiliki jam kantor perhari tertinggi di dunia.Ga percaya?kalo punya waktu coba aja rekan semua nongkrong di area perempatan jalan di kota-kota gede,amati keadaan ketika lampu merahnya sedang menyala.liat aja motor-motor bukan hanya satu atau dua,tapi berpuluh-puluh motor,menyelip perlahan-lahan diantara mobil-mobil yg sedang berhenti,jalan comberan,berlubang,berbatu ga jadi halangan libas terus beringsut lomba cepat-cepatan untuk baris di bagian paling depan.Udah gitu,baru saja lampu di arah yg berlawanan berwarna kuning menyala,suara gas motor dan mobil bersahut-sahutan kayak mau memulai race sambil maju sedikit demi sedikit.Pernah suatu ketika ikut siap-siap race,pas bonceng ojek di jakarta sempat lihat bapak-bapak yang terjebak di tengah jalan,pucat pasi kebingungan mau nyeberang,padahal ratusan motor sudah beranjak maju dan siap meluncur dengan high speed.Padahal andai saja ratusan motor dan mobil itu mau bersabar sedikit sampai menunggu lampu hijau benar-benar menyala tentunya si bapak masih terus bisa tersenyum sampai seberang jalan.
Ga kebayang gimana jadinya kalau masyarakat bermobil dan bermotor indonesia tiba-tiba di tempatkan di jalanan kota-kota besar jepang yg hampir tiap seratus meter ada lampu merahnya.Jangan-jangan yg mengatur lalu lintas di jepang bisa di maki-maki karena banyak membuang waktu menunggu saat lampu-lampu merahnya pada menyala.
Kebayang khan,betapa sibuknya masyarakat indonesia?sampai-sampai ga bisa menunggu barang beberapa menit untuk mematuhi peraturan.Ga hanya di jakarta,mungkin hampir di seluruh tempat di indonesia yg udah pake lampu merah.Jangankan 1 menit,coba aja kamu ketinggalan melaju 2 detik dari lampu hijau menyala,beuh..jangan kaget kalo tiba tiba bunyi klakson bertubi-tubi seakan memaki dirimu.Bunyi yg jarang sekali terdengar di jalanan sepadat apapun di jepang.
Mau bukti yg lain?Kalau ada kesempatan,coba teman-teman amati gimana meriahnya suasana di bandara penerbangan domestik,nah klo ada kesempatan juga coba bandingkan dengan keadaan bandara penerbangan internasional,atau boleh juga ditanya sama teman yg sering menggunakan penerbangan internasional.
Di bandara domestik yg nota bene penggunanya kebanyakan adalah warga indonesia tulen,jangan heran kalau banyak calon penumpang yang nyerobot pengen duluan dilayanin check in,tanpa tampang tak bersalah main lewat saja tanpa ngantri..weleh-weleh..apa yg dikejar sih,mbok ya sabar ngantri sebentar.Apalagi setelah pengumuman penumpang dipersilahkan masuk ke pesawat,kayak lomba lari saja,orang-orang pada berhamburan berebut cepat-cepatan masuk ke pesawat(baru pertama kali naik pesawat kali ya),padahal kan kursi udah ditetapin..hmm..udah gitu pas landing,baru saja mendarat,pengumuman agar tetap duduk dengan sabuk pengaman belum selesai,orang-orang sudah berhamburan mengambil barangnya masing-masing dan ambil posisi agar bisa cepat keluar,orang-orang yg senasib dengan saya yg terbiasa santai,mengikuti peraturan alamat akan keluar diurutan-urutan terakhir.hmm..kesibukan apa yg dikejar ya,kok sedikit orang-orang yg mau bersabar mematuhi peraturan dan mengikuti petunjuk yg ada.
Beda dengan keadaan di bandara internasional,lebih rapi,ngantri,masuk berurut,keluar juga dengan santai..enak liatnya.
Dengan keadaan seperti ini,wajar sebenarnya kalau ternyata culture shock yg timbul menyebabkan keder atau justru sering membuat panas.Ga ngebut-ngebutan dibilang ga jantan,atau dapat semprotan klakson bertubi-tubi,berusaha menaati peraturan malah makan hati,mau jadi warga yg baik tapi tetep aja urusan birokrasi ribet.
Apa yg didapatkan setelah belajar di negara sekeren apapun,untuk saat ini belum bisa bertaji di tengah masyarakat..
Ilmu yg didapat Hanya sekedar jadi pengetahuan..ntah kapan bisa menerapkannya..


Gagat
shinshu univeristy,Japan

No comments: