Monday, June 16, 2008

kumpulan tulisan 1-Roda-roda kehidupan

Roda-roda Kehidupan

oleh rudi

Tepat rasanya bila dikatakan bahwa kehidupan itu laksana roda.Akan terjadi perputaran dalam kehidupan ini,ada kalanya kita akan berada diatas dan ada kalanya kita berada dibawah.Terkadang senang,terkadang sedih.Dulu kanak-kanak,suatu saat akan merasakan kedewasaan dan begitu pula seterusnya.Maka yang terbaik adalah jika kita sedang berada diatas,janganlah terlalu senang,tapi banyaklah bersyukur atas apa yang telah Allah berikan kepada kita.Begitu pula sebaliknya,bila kita sedang berada dibawah,janganlah terlalu sedih tapi banyaklah bermunajat dan mendekatkan diri kepada-NYA.Begitulah islam mengajarkan,seperti yang telah nabi yang mulia salallahu ‘alaihi wasallam katakan”Indahnya seorang mukmin karena semua perkaranya adalah kebaikan,bila ia ditimpa musibah maka ia bersabar,dengan sabarnya itu ia mendapat kebaikan,dan bila ia diberi kesenangan(nikmat) maka ia bersyukur, dengan syukurnya itu ia juga memperoleh kebaikan”.Subhanallah..begitu indahnya bimbingan nabawi,pendidikan yang menjadikan manusia betul-betul menjadi manusia sejati.Bimbingan yang mengembalikan manusia kedalam fitrahnya yang suci.Dengan bimbingan ini,maka banyak manusia yang mendapat hidayah,namun ada juga manusia yang dengannya semakin angkuh akan kesesatannya.Benarlah apa yang telah Allah firmankan bahwa orang-orang kafir itu laksana binatang ternak.Dengan kepintaran yang telah diberikan kepada mereka tidak bisa membuat mereka berfikir dari mana dan untuk apa ia diciptakan diatas muka bumi ini.

Mungkin perputaran roda inilah yang sedang aku rasakan.23 tahun yang lalu teriakan tangisku mengisi sudut rumah kecilku.Aku lahir dari seorang ayah dan ibu yang sangat aku cintai.Ketulusan mereka dalam membimbing dan mendidikku(atas izin-Nya),telah menjadikan aku seorang laki-laki dewasa yang alhamdulillah sempurna jasmaninya tanpa ada kekurangan sedikitpun.Kesederhaan kehidupan yang dijalani kedua orang tuaku tak membuat mereka patah arang untuk terus membesarkanku,bahkan semakin kuat asa itu tertancap dalam dada mereka bahwa anak yang telah dianugrahkan Allah kepada mereka takkan mereka biarkan hidup dalam kesusahan seperti yang telah mereka jalani.Sungguh mulia wahai ayah,sungguh mulia wahai ibu,apa yang telah kalian lakukan kepada anakmu ini.Sungguh ananda takkan bisa balaskan walau sebesar tetesan embun sekalipun.Semoga Allah membalas semua yang telah ayah dan ibu lakukan dengan yang lebih baik.Karena hanya Dia yang bisa membalasnya.

Tiga tahun yang lalu,keinginan untuk menyempurnakan separuh agama itu terasa amat kuat,semenjak aku mengenal manhaj yang haq ini,semenjak semakin nyaring terdengar ditelingaku akan sabda nabi bahwa dengan menikah separuh agama kita akan terjaga.Dengan menikah pula,insyaAllah kita bisa terhindar dari fitnah yang paling besar terhadap kaum laki-laki yaitu wanita.Apalagi negri ditempat aku belajar kini,adalah negri kuffar,dimana kita bisa melihat kemaksiatan dimana-mana.Wanita yang berpakaian tapi hakikatnya telanjang akan kita temui ketika kita keluar rumah.

Suatu hari,kumenyendiri dalam kamar dan kubaca-baca tinta emas para ulama yang senantiasa mendengungkan dakwahnya para nabi agar kita mentauhidkan Allah dan menjauhkan perbuatan syirik.Agar kita senantiasa menjaga iman dan berpegang teguh pada kebenaran walaupun kita harus mengorbankan semua yang kita miliki.Makin terngiang-ngiang ditelingaku akan cerita seorang senior bahwa ada seorang temannya yang mendapat beasiswa ke Jepang namun setelah mendengar fatwa ulama akan boleh tidaknya tinggal dinegri kuffar,akhirnya ia lebih memilih agamanya dan kembali kenegrinya.Subhanallah..tanpa terasa titik-titik air mata menetes perlahan yang kemudian semakin deras tanpa sanggup aku bendung.Aku ingin pulang,aku takut hidup dinegri ini,aku takut agamaku rusak.Keinginan itu memenuhi seluruh rongga dadaku hingga teramat sangat sesak rasanya.

Akhirnya kulangkahkan kakiku menuju kamar mandi untuk membasuh wajahku yang sudah teramat kusut dan disana aku berjumpa dengan beberapa orang saudaraku.Mereka bertanya kepadaku,”kenapa akhi?”,”tak kenapa-kenapa”,jawabku singkat.Tapi lagi-lagi kurasakan sesaknya dada ini yang dipenuhi dengan keinginanku kembali ke tanah air.Kembali ke negri yang bisa lagi kudengarkan lantunan adzan yang bersahut-sahutan dengan merdunya,negri yang bisa kutemukan masjid dimana-mana dan berbagai macam makanan halal.Dan yang paling penting,aku bisa menemukan majelis-majelis penuntut ilmu dien,majelis yang Allah banggakan dihadapan malaikat-malaikatnya.Tanpa terasa,air mata mengalir deras tanpa bisa aku tahan,dan akhirnya aku tumpahkan semua isi hatiku kepada saudaraku itu.Salah seorang saudaraku kemudian berkata yang intinya mengatakan bahwa kita harus ingat juga bahwa kita pergi kenegri ini dengan mendapat beasiswa,dengan kata lain ada amanah yang harus kita tunaikan disana.Selain itu juga,dipundak kita ada menggantung sebuah harapan orang tua akan keberhasilan anaknya.Mendengar itu,tangisku sedikit mereda dan kubasuh lagi wajahku dengan air.

Aku kembali kekamarku dan kurenungkan lagi nasehat saudaraku tadi.”Mungkin ada benarnya juga”,pikirku.Aku teringat wajah ibu dan ayahku,begitu besar harapan mereka kepadaku.Begitu bangganya mereka ketika mendengar aku berhasil kuliah ke negri ini.Sampai-sampai ayahku mengundang teman-temanku untuk makan dirumahku dalam rangka merayakan keberhasilanku itu.Tak bisa kubayangkan betapa kecewanya mereka jika tiba-tiba saja aku kembali tanpa menyelesaikan pendidikanku disini.Tidak..aku tak sanggup melihat itu.Aku tak mau membuat orang tuaku kecewa.Kubulatkan tekadku untuk melanjutkan perjalananku di negri ini dalam meraih satu asa”membahagiakan orang tua”.

Seiring bulatnya tekadku tadi,aku juga telah berazzam untuk segera menikah agar aku memiliki pendamping yang bisa menjadi tameng bagiku,sekaligus penyejuk dan penentram hati ini bila aku merasakan beratnya perjuangan melewati hari-hari disini nantinya.Ku meminta izin kedua orang tuaku untuk menikah,kuyakinkan mereka dengan menikah aku takkan berubah justru sebaliknya aku akan berusaha untuk menjadi manusia yang lebih baik.Meski kebimbangan masih menyelimuti perasaan kedua orang tuaku,akhirnya mereka mengizinkan aku untuk menikah.

Tanpa berfikir panjang aku langsung berusaha mencari wanita yang kuyakini bisa menjadi pendamping hidupku.Bagiku saat itu,siapapun wanita itu asal bagus agamanya,semua itu sudah cukup bagiku.Tapi ternyata,semua itu tak semudah yang kubayangkan.Butuh waktu untuk mendapatkannnya.Sampai pada akhirnya aku menemukan sosok wanita yang bersedia kunikahi meski saat itu aku tak bisa menduga ia bakal mau menerima lamaranku.Subhanallah,Alhamdulillah..ucapku ketika aku tau lamaranku diterima.

Tapi sayang proses menuju ikatan yang suci itu terbentur oleh restu orang tua dari keluarga wanita.Ternyata tak mudah meyakinkan mereka.Apalagi dipundak orang tuanya ada beban yang membuat mereka sulit memberi restu kepada kami.Usahanya yang tak kenal lelah dalam meyakinkan kedua orang tuanya meski harus dibayar dengan kepedihan dan deraian air mata,membuatku semakin yakin akan ketulusan hatinya.Aku semakin yakin akan kesamaan niat yang kami miliki untuk menikah adalah semata-mata karena ingin meraih ridha Allah yang maha tinggi.

Sudah menjadi ketentuan dari-Nya,2 bulan sebelum pernikahan kami,Allah memanggil ayahku untuk kembali kepada-Nya.Berita yang sungguh membuat hati ini berdegup kencang karena diakhir hayat ayahku,aku tidak bisa menyaksikan kepergiannya.Ayah yang dulu sulit memberiku izin untuk menikah namun sebelum kepergiannya,justru ia yang sering memberiku nasehat agar tegar dan tetap sabar dalam mewujudkan niatku menikah.Semangatnya yang selama ini mengalir dalam setiap aliran darahku,harus pergi meninggalkan aku disaat aku sangat butuh dukungannya.Tapi kuyakin,Allah punya rahasia tersendiri dibalik semua musibah ini.Aku yakin dia maha tau apa yang terbaik untuk hambanya.Ku ingatkan diriku bahwa Allah telah berfirman”tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati”,hari ini ayahku pergi,mungkin esok adalah giliranku.

Waktu berlalu,tibalah masa pernikahanku.Tepat tanggal 7 september 2007 ijab qabul itupun dilaksanakan.Kujabat erat tangan mertuaku tanpa berani sedikitpun memandangnya.Hanya sesekali saja kuberanikan diri menatapnya.Hari itu aku telah berikrar untuk memikul satu tanggung jawab besar yang kelak akan dimintai pertanggung jawaban dihadapan-Nya.

Seminggu setelah akad itu dilangsungkan,aku dan istriku kembali ke Jepang untuk memulai hidup baru sebagai sepasang suami istri.Namun karena kami masih sama-sama kuliah dan sudah menjadi persyaratan sebelum pernikahan bahwa istriku harus menyelesaikan kuliahnya,untuk sementara waktu,kami tidak tinggal satu atap.Setiap akhir pekan dan masa-masa libur saja kami bisa berkumpul.

“Hadiah untuk kakak”,begitu isi mail yang kuterima dari istriku.Sembari tersenyum kubuka mail itu.”loh kok photo thermometer yang dikirim sih,untuk apa”kataku dalam hati.Tapi setelah kupandangi baik-baik.”eh..bukan thermometer ding”kataku lagi.Jantungku berdegup kencang,subhanallah..istriku hamil,aku akan jadi seorang ayah.Sabtu sore kala itu terasa begitu indah buatku.Disela-sela kesibukanku mempersiapkan diri untuk ujian Toeic esoknya,dalam diri istriku ada satu jiwa yang akan menjadi semangat baru dalam hidupku.Namun disisi lain,aku juga merasakan kepedihan yang teramat sangat,karena ku tak bisa membayangkan betapa berat hari-hari yang akan dilalui istriku nanti karena ia akan menjalani masa-masa kehamilannya disaat masih kuliah,ditambah lagi aku yang hanya sesekali menjenguknya.Tak henti-hentinya kupanjatkan do’a kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala agar istriku diberikan kekuatan dan kesabaran dalam menjalaninya.Tanpa kusadari,butiran-butiran air itupun kembali menetes dari kedua mataku.

Dulu aku hanyalah seorang anak ingusan yang merengek bila keinginanku tak dituruti oleh kedua orang tuaku.Namun kini akan lahir seorang anak dari rahim istriku ,yang akan memberiku gelar “ayah”.Roda-roda kehidupan itu sedang dan terus akan berputar.Bila kubayangkan lagi beratnya perjuangan yang dilalui oleh kedua orang tuaku dalam membesarkan kami,aku tak tau apa aku juga bisa seperti mereka.Tapi kusadar besarnya tanggung jawab yang kupikul tentunya akan dipenuhi dengan berbagai rintangan menghadang.Hanya kepada-Mu ya Rabbi..ku mohon kekuatan,keteguhan iman dan kesabaran.Jadikan hamba termasuk golongan orang-orang yang bersyukur dan jadikan hamba pemimpin orang-orang yang bertakwa.Aamiin..

No comments: